makelar, broker, perantara, atau apapun namanya memang dari jaman manusia belum mengenal peradaban sampai dengan beradab sampai saat ini akan selalu ada. bagaimana tidak, aristoteles memandang bahwa manusia itu sebagai "zoon politicon" dalam bahasa lainnya bahwa manusia itu tidak terlepas dari manusia lainnya, istilah sekarang terkenal dengan sebutan "mahluk sosial". pada intinya selama manusia hidup dengan manusia lain maka akan selalu tercipta suatu simbiosis (bahasa Ilmu Biologi), apakah hal tersebut saling menguntungkan, satu untung atau yang satunya rugi, bahkan saling merugikan.
pengalaman dalam dunia "perbebekan", banyak juga terjadi hubungan tersebut. suatu hari saya pergi jalan jalan ke kota bebek "Mojosari", iseng-iseng cari bebek siap telur ("Baya", istilah jawa), belum melihat barangnya sudah banyak yang nawari, padahal mereka sendiri tidak punya barang tersebut, wal hasil harga yang seharusnya lebih murah jadi tambah lantaran ada beban biaya makelar. saya pernah dengar juga sih, bahwa jika tidak pernah ke Mojosari (yang merupakan salah satu sentra bebek di jawa timur) maka disarankan hati- hati, karena menurut rumor yang beredar diantara mereka ada yang tidak jujur, alias nakal. beberapa penuturan pernah mengatakan bahwa jika kita mau membeli bebek haruslah hati- hati karena jika tidak mengerti perbebekan maka dimungkinkan ada manipulasi tentang umur bebek, misalnya kita mau membeli "baya" maka beberapa dari mereka menyusupi dengan bebek dengan umur tua.
Praktis, didunia perbebekan juga ada banyak sekali makelar, rata- rata dari mereka mengambil keuntungan 2 sampai dengan 3 ribu rupiah per-ekornya, jika total yang mau dibeli adalah ratusan ekor, maka tinggal mengalikan saja jumlahnya, banyak ya..............